Kamis, 15 September 2011

Short review of Theory "Von Thunen"


Von Thunen (1826) mengidentifikasi tentang perbedaan lokasi dari berbagai kegiatan pertanian atas dasar perbedaan sewa lahan (pertimbangan ekonomi). Menurut Von Thunen tingkat sewa lahan adalah paling mahal di pusat pasar dan makin rendah apabila makin jauh dari pasar. Von Thunen menentukan hubungan sewa lahan dengan jarak ke pasar dengan menggunakan kurva permintaan. Berdasarkan perbandingan (selisih) antara harga jual dengan biaya produksi, masing-masing jenis produksi memiliki kemampuan yang berbeda untuk membayar sewa lahan. Makin tinggi kemampuannya untuk membayar sewa lahan, makin besar kemungkinan kegiatan itu berlokasi dekat ke pusat pasar. Hasilnya adalah suatu pola penggunaan lahan berupa diagram cincin. Perkembangan dari teori Von Thunen adalah selain harga lahan tinggi di pusat kota dan akan makin menurun apabila makin jauh dari pusat kota.

Model Von Thunen mengenai tanah pertanian ini, dibuat sebelum era industrialisasi, yang memiliki asumsi dasar sebagai berikut :
  1. Wilayah model yang terisolasikan (isolated state) adalah bebas dari pengaruh pasar-pasar kota lain.
  2. Wilayah model membentuk tipe permukiman perkampungan di mana kebanyakan keluarga petani hidup pada tempat-tempat yang terpusat dan bukan tersebar di seluruh wilayah,
  3. Wilayah model memiliki iklim, tanah, topografi yang seragam, atau uniform (produktivitas tanah secara fisik adalah sama),
  4. Wilayah model memiliki fasilitas transportasi tradisional yang relatif seragam,
  5. Faktor-faktor alamiah yang mempengaruhi penggunaan lahan adalah konstan.


Locational rent, sebuah istilah yang digunakan oleh von Thünen dalam argumennya, harus dipahami sebagai setara dengan nilai tanah. Ini sesuai dengan jumlah maksimum seorang petani bisa membayar untuk menggunakan tanah, tanpa membuat kerugian. Hal ini dapat didefinisikan sebagai persamaan di bawah ini:
                LR = Y(m-c) – Ytd
Keterangan :
LR           = Locational Rent ( DM/km2 )
Y              = Yield ( t/km2 )
m            = biaya produksi per unit produk ( DM/t )
c              = harga pasar per unit produk ( DM/t )
t              = biaya transportasi ( DM/t/km )
d             = jarak dari pasar (km)

 Selanjutnya, hubungan antara lokasi sewa tanah dan biaya transport dengan jarak pasar dapat dilihat dari kurva sebagai berikut :


Jarak dari pasar
0
10
20
30
40
Total Transport
0
50
100
150
200
Sewa Lokasi
200
150
100
50
0





               




Selain itu, Von Thunen juga menentukan hubungan sewa lahan dengan jarak ke pasar dengan menggunakan kurva permintaan yaitu :













Permintaan atas suatu komonditas hasil pertanian yang diperlukan dalam populasi yang berdampak pada empat faktor :
1.       Harga suatu komoditas di pasar tergantung hubungan permintaan dan persediaan dari barang tersebut.
2.       Tingkat biaya transport akan tergantung kepada jenis produk (besar, curah atau gampang basi).
3.       Harga dasar produksi setiap produk yang diasumsikan konstan dalam ruang untuk produk tertentu.
4.       Hasil produksi per unit lahan.



Sumber :
Lloyd, Peter E. and Peter Dicken. 1990. Location in Space : Theoritical Approach to Economic Geography. New York : Harper and Row.
Tarigan, Robinson. 2005. Ekonomi Regional, Teori dan Aplikasi, Edisi Revisi. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
http://www.geografiana.com/dunia/pelajar/von-thunen-teori-lokasi-modern, “Von Thunen, Geografer Penemu Teori Lokasi Modern”, diakses pada 8 September 2011.

0 careness:

Posting Komentar

enjoy reading and give your opinion please :)

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

A little of Dea

Foto Saya
A girl. love. easy listening music. make friends. simple. student of Urban and Regional Planning. who still on my way to plan my my future and pursuing all my dreams.
 

dream time

<a href=http://lillollipop.blogspot.com>Dea Clocks</a>

denis' mates

add me on Fb

follow me on twitter

write on my wordpress

visit mine

 

Templates by Nano Yulianto | CSS3 by David Walsh | Powered by {N}Code & Blogger