Minggu, 02 Oktober 2011

Dasar-dasar dan Analisis Lokasi Kegiatan Industri

                Industri pada dasarnya merupakan kegiatan manusia dalam mengolah sumber daya yang ditujukan untuk kemakmuran manusia itu sendiri. Bentuk kegiatan industri dapat berlangsung dalam berbagai bidang kegiatan, antara lain industri pengolahan bahan mentah menjadi bahan setengah jadi dan pengolahan bahan setengah jadi menjadi barang jadi. Pada dasarnya keberadaan sebuah lokasi industri disuatu wilayah dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain, bahan mentah, sarana transportasi, dan pemasaran.

PEMILIHAN LOKASI PABRIK
                Pemilihan lokasi pada dasarnya menentukan suatu tempat atau lokasi yang tepat untuk suatu usaha, kegiatan dengan tujuan tertentu yang memperhitungkan kelebihan dan kekurangan lokasi tersebut. Lokasi perusahaan adalah suatu tempat dimana perusahaan melakukan aktivitasnya. Lokasi pabrik dimaksudkan sebagai lokasi dimana fasilitas-fasilitas produksi diletakkan.
                Fasilitas produksi adalah sesuatu yang dibangun, diadakan atau diinvestasikan guna melaksanakan aktivitas produksi. Lokasi pabrik yang paling ideal adalah terletak pada suatu tempat yg akhirnya mampu memberikan total biaya produksi yang rendah dan keuntungan yg maksimal. Agar tidak terjadi dampak negatif dari masyarakat, dalam memilih lokasi pabrik harus memperhatikan kelayakan aspek hukum, sosial, ekonomi dan budaya. Penentuan lokasi strategis pabrik harus memperhatikan dua faktor, yakni:
1.    Faktor primer, yaitu bahan baku dan bahan pembantu, tenaga kerja, sarana transportasi, listrik, air, komunikasi dan letak pasar sasaran.
2.    Faktor sekunder, yaitu iklim, keadaan tanah, kemungkinan pengembangan dan kebijakan pemerintah.
                Tujuan kedua faktor di atas adalah mengurangi pemborosan dalam hal pembangunan gedung, pengadaan peralatan, kebutuhan modal kerja.
Jenis data penentuan lokasi pabrik :
1.    Data kuantitatif, seperti jumlah dan biaya bahan baku, bahan tambahan, tenaga kerja, transportasi, listrik, air, alat komunikasi, bangunan dan peralatan.
2.    Data kualitatif, seperti kualitas sarana transfortasi, iklim dan kebijakan pemerintah.
Dasar-dasar pemilihan lokasi pabrik :
1.    Pemilihan daerah atau teritorial secara umum.
2.    Pemilihan berdasarkan size dari jumlah penduduk dan lahan secara khusus.
Kondisi umum yg berpengaruh dalam proses penetuan lokasi pabrik:
1.    Lokasi di kota besar (city location)
§    Diperlukan tenaga kerja terampil dengan jumlah yg besar.
§    Proses produksi tergantung pada fasilitas-fasilitas seperti listrik, gas, dan lain-lain.
§    Kontak dengan pemasok dekat dan cepat.
§    Sarana transportasi dan komunikasi mudah didapatkan.
§    Ekspansi sulit dilakukan dan harga tanah mahal.
§    Banyak persoalan tenaga kerja.
2.    Lokasi di pinggir kota (suburban location)
§    Semi skilled atau female labor mudah diperoleh.
§    Menghindari pajak yang berat.
§    Tenaga kerja tinggal dekat dengan lokasi pabrik.
§    Populasi tidak besar sehingga masalah lingkungan tidak banyak timbul.
3.    Lokasi jauh di luar kota (country location)
§    Lahan yg luas sangat diperlukan (ekspansi yang akan datang).
§    Pajak terendah lebih dikehendaki.
§    Tenaga kerja tidak terampil dalam jumlah besar lebih dikehendaki.
§    Upah buruh lebih rendah mudah didapatkan.
§    Baik untuk proses manufakturing produk-produk yg berbahaya.

                Dari sekian banyak faktor penentuan lokasi pabrik, pada dasarnya penentuan pabrik ditentukan oleh faktor-faktor lokasi industri bergantung pada SKALA PRODUKSI (biaya per unit dibandingkan dengan jumlah produk), KETERKAITAN (vertikal dan horizontal), BIAYA TRANSPORTASI (menghubungkan produksi dengan pasar dan biaya per unit dibandingkan dengan jarak yang ditempuh), LINGKUNGAN BISNIS (kebijakan pemerintah dan lokasi pesaing), FAKTOR KESEJARAHAN (apabila di suatu tempat memiliki nilai kesejarahan yang dapat menambah permintaan produk dari pabrik tersebut), dan SELERA PERORANGAN maupun INDIVIDU (berupa budaya ataupun kepercayaan yang dipegang oleh orang yang akan membangun suatu pabrik).
                Pemilihan lokasi industri juga memiliki langkah-langkah agar lokasi yang dipertimbangkan merupakan lokasi yang tepat bagi pendiri pabrik. Prosedur dalam pemilihan lokasi industri
1.   Plant Analysis
   Di dalam plant analisis yang dilakukan adalah mengidentifikasi faktor-faktor apa yang mempengaruhi lokasi industri dari yang tidak berpengaruh sampai yang paling berpengaruh. Selanjutnya hal yang dilakukan adalah penentuan keputusan lokasi industri. Apakah sebaiknya memilih loksai industri baru untuk dibangun pabrik ataukah lebih baik jika melakukan pemindahan dari lokasi industri yang lama (relokasi). Setelah itu, menganalisis kondisi lingkungan lokasi industri yang akan dibangun pabrik. Kondisi lingkungan yang dimaksud adalah keberadaan pesaing dan kemampuan daya saing yang dimiliki. Hal terakhir dalam tahapan ini adalah menentukan opsi-opsi lokasi industri sebagai alternatif.
2.   Field Analysis
Di dalam field analysis yang dilakukan adalah melakukan observasi lapangan dari semua opsi-opsi lokasi industri yang telah di-list di bagian plant analysis. Pada tahap ini biasanya dapat ditentukan dimana lokasi industri yang paling potensial.

KESIMPULAN
                Pada dasarnya faktor – faktor yang mempengaruhi pemilihan lokasi dapat dikelompokkan menjadi faktor - faktor yang berkaitan dengan input dan output produksi, faktor - faktor yang berkaitan dengan proses produksi dan faktor - faktor yang berkaitan dengan kondisi lingkungan luar.
                Agar diperoleh suatu lokasi industri yang tepat untuk dibangun sebuah pabrik, maka diperlukan analisis dengan tahapan-tahapan tertentu yaitu plant analysis dan field analysis.

Jumat, 30 September 2011

Teori Losch

RESUME TEORI LOKASI INDUSTRI (Theory of Industrial Location)
oleh Alfred Weber dan August Losch



                Teori lokasi adalah suatu teori yang dikembangkan untuk memperhitungkan pola lokasi kegiatan-kegiatan ekonomi termasuk di dalamnya kegiatan industri dengan cara yang konsisten dan logis. Ada beberapa teori lokasi antara lain :
1.      Teori Tempat Sentral (Central Place Theory) dari Walter Christaller.
2.      Teori Lokasi Industri (Theory of Industrial Location) dari Alfred Weber.
3.      Teori Susut dan Ongkos Transpor (Theory of Weight Loss and Transport Cost).
4.      Model Gravitasi dan Teori Interaksi (the Interaction Theory) dari Issac Newton.
                Selain tokoh di atas masih banyak tokoh-tokoh yang membicarakan tentang teori lokasi antara lain Edgar Hoover, Tord Palandar, August Losch, Melvin Greenhut, Walter Isard. Dari sekian banyak teori lokasi, pada prinsipnya sama yaitu membicarakan bagaimana menentukan lokasi industri. Pada pembahasan ini akan dibahas teori lokasi dari Alfred Weber dan August Losch.

TEORI LOKASI ALFRED WEBER
                Teori lokasi yang dikemukakan oleh Alfred Weber berawal dari tulisannya yang berjudul Uber den Standort der Industrien pada tahun 1909. Prinsip teori Weber adalah :
“bahwa penentuan lokasi industri ditempatkan di tempat-tempat yang resiko biaya atau ongkosnya paling murah atau minimal (least cost location)“.
                Asumsi Weber yang bersifat prakondisi antara lain :
  1. Wilayah yang seragam dalam hal topografi, iklim dan penduduknya. Keadaan penduduk yang dimaksud adalah menyangkut jumlah dan kualitasnya.
  2. Ketersediaan sumberdaya bahan mentah. Invetarisasi sumberdaya bahan mentah sangat diperlukan dalam industri.
  3. Upah tenaga kerja. Upah atau gaji bersifat mutlak harus ada dalam industri yakni untuk membayar para tenaga kerja.
  4. Biaya pengangkutan bahan mentah ke lokasi pabrik sangat ditentukan oleh bobot bahan mentah dan lokasi bahan mentah.
  5. Persaingan antarkegiatan industri.
  6. Manusia itu berpikir rasional.
                Weber menyusun model yang dikenal dengan sebutan segitiga lokasional (locational triangle). Menurut Weber, untuk menentukan lokasi industri ada tiga faktor penentu yaitu material, konsumsi dan tenaga kerja.
                Ketiga faktor di atas oleh Weber diukur dengan ekuivalensi ongkos transport. Weber juga masih mengajukan beberapa asumsi lagi yaitu :
  1. Hanya tersedia satu jenis alat transportasi.
  2. Lokasi pabrik hanya ada di satu tempat.
  3. Jika ada beberapa macam bahan mentah maka sumbernya juga berasal dari beberapa tempat.
                Biaya transportasi menurut Weber tergantung dari dua hal pokok yaitu bobot barang dan jarak yang harus ditempuh untuk mengangkutnya.
TEORI LOKASI AUGUST LOSCH
                Losch mengatakan bahwa lokasi penjual berpengaruh terhadap jumlah konsumen yang dapat dijaringnya. Makin jauh dari pasar, konsumen enggan membeli karena biaya transportasi (semakin jauh tempat penjualan) semakin mahal. Produsen harus memilih lokasi yang menghasilkan penjualan terbesar. Losch menyarankan lokasi produksi ditempatkan di dekat pasar (baca: Centre Business District).
                Kontribusi utama Losch adalah memperkenalkan potensi permintaan (demand) sebagai faktor penting dalam lokasi industri, Kedua, kritik terhadap pendahulunya yang selalu berorientasi pada biaya terkecil; padahal yang biasanya dilakukan oleh industri adalah memaksimalkan keuntungan (profit–revenue maximation) dengan berbagai asumsi, Losch mengemukakan bagaimana economic landscape terjadi, yang merupakan keseimbangan (equillibrium) antara supply dan demand. Oleh karena itu Losch merupakan pendahulu dalam mengatur kegiatan ekonomi secara spasial dan pelopor dalam teori ekonomi regional modern.
                August Losch merupakan orang pertama yang mengembangkan teori lokasi dengan segi permintaan sebagai variabel utama. Teori ini bertujuan untuk menemukan pola lokasi industri sehingga diketemukan keseimbangan spasial antar lokasi. Losch berpendapat bahwa dalam lokasi industri yang tampak tidak teratur dapat diketemukan pola keberaturan.
                Teori Losch berasumsi suatu daerah yang homogen dengan distribusi sumber bahan mentah dan sarana angkutan yang merata serta selera konsumen yang sama. Kegiatan ekonomi yang terdapat di daerah tersebut merupakan pertanian berskala kecil yang pada dasarnya ditujukan bagi pemenuhan kebutuhan petani masing-masing. Perdagangan baru terjadi bila terdapat kelebihan produksi. Untuk mencapai keseimbangan, ekonomi ruang Losch harus memenuhi beberapa syarat sebagai berikut :
  1. Setiap lokasi industri harus menjamin keuntungan maksimum bagi penjual maupun pembeli.
  2. Terdapat cukup banyak usaha pertanian dengan penyebaran cukup merata sehingga seluruh permintaan yang ada dapat dilayani.
  3. Terdapat free entry dan tidak ada petani yang memperoleh super-normal prpfit sehingga tidak ada rangsangan bagi petani dari luar untuk masuk dan menjual barang yang sama di daerah tersebut.
  4. Daerah penawaran adalah sedemikian hingga memungkinkan petani yang ada untuk mencapai besar optimum.
  5. Konsumen bersikap indifferent terhadap penjual manapun dan satu-satunya pertimbangan untuk membeli adalah harga yang rendah.
                Pada teori Losch, wilayah pasar bisa berubah ketika terjadi inflasi (perubahan) harga. Hal ini disebabkan karena produsen tidak mampu memenuhi permintaan yang karena jaraknya jauh akan mengakibatkan biaya transportasi naik sehingga harga jualnya juga naik, karena tingginya harga jual maka pembelian makin berkurang. Hal ini mendorong petani lain melakukan proses produksi yang sama untuk melayani permintaan yang belum terpenuhi.
                Dengan makin banyaknya petani yang menawarkan produk yang sama, maka akan terjadi dua keadaan : 1. seluruh daerah akan terlayani, 2. persaingan antar petani penjual akan semakin tajam dan saling berebut pembeli. Losch berpendapat bahwa akhirnya luas daerah pasar masing-masing petani penjual akan mengecil dan dalam keseimbangannya akan terbentuk segienam beraturan. Bentuk ini dipilih karena menggambarkan daerah penjualan terbesar yang masih dapat dikuasai setiap penjual dan berjarak minimum dari tempat lokasi kegiatan produksi yang bersangkutan.
                Keseimbangan yang dicapai dalam teori Losch berasumsi bahwa harga hanya dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran, oleh karenanya keseimbangan akan terganggu bila salah seorang penjual menaikkan harga jualnya. Keputusan ini mengakibatkan tidak hanya pasar menyempit karena konsumen tak mampu membeli tapi sebagian pasar akan hilang dan direbut oleh penjual yang berdekatan. Untuk memperluas jangkauan pasar dapat dilakukan dengan menjual barang yang berbeda jenis dari yang sudah ditawarkan.

SUMBER
http://belajarmenjadigeograf.blogspot.com/2009/11/teori-lokasi-august-losch.html
http://kafeilmu.com/tema/teori-august-losch.html
http://library.usu.ac.id/index.php?option=com_journal_review&id=14235&task=view

Kamis, 15 September 2011

DASAR-DASAR TEORI VON THUNEN







               Johann Heinrich Von Thunen (1783-1850) adalah seorang warga negara Jerman uang merupakan ahli ekonomi pertanian yang mengeluarkan teorinya dalam buku Der Isolirte Staat. Von Thunen mengembangkan teori ini berdasarkan pengamatan di sekitar tempat tinggalnya. Menurutnya pertanian merupakan komoditi yang cukup besar di perkotaan. Dalam teori ini ia memperhatikan jarak tempuh antara daerah produksi dan pasar, pola tersebut termasuk variabel keawetan, berat, dan harga dari berbagai komoditas pertanian. Ia menggambarkan bahwa jenis penggunaan tanah yang ada di suatu daerah dipengaruhi perbedaan ongkos transportasi tiap komoditas ke pasar terdekat.

                Melalui teorinya, Von Thunen menciptakan bagaimana cara berfikir efektif yang didasarkan atas penelitian dengan menambahkan unsur-unsur baru sehingga didapatkan hasil yang mendekati konkret. Von Thunen mengeluarkan 7 asumsi mengenai tanah pertanian. Teori ini dikeluarkan sebelum era industrialisasi.
  1. Terdapat suatu daerah yang merupakan satu-satunya daerah pemasok kebutuhan pokok yang merupakan komoditi pertanian (Isolated Stated).
  2. Daerah perkotaan hanya menjual kelebihan produksi daerah pedalaman, tidak menerima penjualan hasil pertanian dari daerah lain (Single Market).
  3. Daerah pedalaman hanya menjual kelebihan produksinya ke perkotaan, tidak ke daerah lain (Single Destination).
  4. Daerah pedalaman atau kota mempunyai ciri yang sama (homogen) dengan kondisi geografis kota itu sendiri.
  5. Petani akan menanam tanaman yang dapat memberi manfaat dan profit maksimum. Jenis tanaman yang ditanam rata-rata mengikuti permintaan yang ada (Maximum Oriented).
  6. Pada waktu itu hanya ada angkutan berupa gerobak yang ditarik oleh kuda (One Moda Transportation).
  7. Biaya transportasi berbanding lurus dengan jarak yang ditempuh. Semua biaya transportasi ditanggung oleh petani (Equidistant).
                Dari ketujuh asumsi diatas memaksa petani untuk menyewa lahan dekat dengan pusat pasar atau kota. Dengan begitu akan diperoleh keuntungan yang maksimal dari hasil pertanian. Tetapi mereka juga harus rela mengeluarkan banyak uang, karena semakin dekat dekan pusat pasar harga sewa lahan akan semakin mahal. Petani sendiri memiliki kemampuan yang berbeda dalam menyewa lahan. Makin tinggi kemampuan petani untuk menyewa lahan maka ia akan mendapatkan lokasi yang semakin dekat dengan pusat pasar. Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan lokasi mempengaruhi nilai harga lokasi sesuai dengan tata guna lahannya.
                Hingga saat ini teori Von Thunen masih dianggap cukup relevan. Contohnya persediaan lahan di daerah perkotaan memicu berlakunya hukum ekonomi, semakin langka barang, permintaan meningkat maka harga akan semakin mahal. Sama halnya seperti lahan di daerah perkotaan, semakin dekat dengan pusat kota akan semakin mahal nilai sewa atau beli lahannya. Harga lahan di perkotaan akan semakin bertambah dari tahun ketahun mengikuti dengan perkembangan zaman.
              Penggunaan teknologi modern yang berkembang saat ini menjadikan teori Von Thunen menjadi kurang relevan. Contoh kekurangan teori Von Thunen ialah:
  1. Kemajuan transportasi dapat menghemat banyak waktu dan biaya;
  2. Ada beberapa daerah yang tidak hanya memiliki 1 merket center saja, tetapi juga 2 market center;
  3. Adanya berbagai bentuk pengawetan, sehingga mencegah resiko busuk pada pengiriman jarak jauh;
  4. Kondisi topografis setiap daerah berbeda-beda, sehingga hasil pertanian yang akan dihasilkanpun akan berbeda;
  5. Negara industri mampu membentuk kelompok produksi sehingga tidak terpengaruh pada kota;
  6. Antara produksi dan konsumsi telah terbentuk usaha bersama menyangkut pemasarannya.

                Inti dari teori Von Thunen adalah bahwa sewa lahan akan memiliki harga yang berbeda, tergantung dengan tata guna lahannya. Lahan yang berada di pusat kota akan memiliki harga sewa lahan yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan sewa lahan di daerah pedalaman atau pinggiran kota. Karena makin jauh jarak yang akan ditempuh, maka makin mahal biaya transportasi yang akan dikeluarkan. Selain itu petani juga dapat mengurangi resiko membusuknya hasil pertanian karena jarak yang ditempuh cukup jauh dari pusat kota. Jika seorang petani mampu menyewa lahan yang dekat dengan pusat kota maka ia akan memperoleh hasil yang maksimal karena tidak perlu membayar biaya transportasi yang mahal.
                        Tetapi beberapa teori Von Thunen sudah dianggap tidak cukup relevan untuk saat ini. Ini karena adanya perkembangan teknologi modern yang dapat membantu petani mempermudah pendistribusian hasil pertaniannya meski jarak yang ditempuh cukup jauh dari pusat kota. Saat ini sudah banyak alat transportasi yang tidak memakan banyak waktu sehingga pengiriman hasil pertanian dapat tepat waktu dan mengurangi resiko pembusukan. Pada saat ini juga sudah banyak cara yang digunakan untuk mengawetkan hasil pertanian yang cukup aman bagi kesehatan, sehingga meski jarak yang ditempuh cukup jauh dan memakan waktu yang cukup lama, hasil pertanian tidak akan busuk dan masih layak konsumsi saat tiba di pusat kota. Dengan adanya perkembangan teknologi modern semacam ini maka para petani yang tidak memiliki lahan di pusat kota akan tetap memperoleh hasil yang maksimal.
                

Short review of Theory "Von Thunen"


Von Thunen (1826) mengidentifikasi tentang perbedaan lokasi dari berbagai kegiatan pertanian atas dasar perbedaan sewa lahan (pertimbangan ekonomi). Menurut Von Thunen tingkat sewa lahan adalah paling mahal di pusat pasar dan makin rendah apabila makin jauh dari pasar. Von Thunen menentukan hubungan sewa lahan dengan jarak ke pasar dengan menggunakan kurva permintaan. Berdasarkan perbandingan (selisih) antara harga jual dengan biaya produksi, masing-masing jenis produksi memiliki kemampuan yang berbeda untuk membayar sewa lahan. Makin tinggi kemampuannya untuk membayar sewa lahan, makin besar kemungkinan kegiatan itu berlokasi dekat ke pusat pasar. Hasilnya adalah suatu pola penggunaan lahan berupa diagram cincin. Perkembangan dari teori Von Thunen adalah selain harga lahan tinggi di pusat kota dan akan makin menurun apabila makin jauh dari pusat kota.

Model Von Thunen mengenai tanah pertanian ini, dibuat sebelum era industrialisasi, yang memiliki asumsi dasar sebagai berikut :
  1. Wilayah model yang terisolasikan (isolated state) adalah bebas dari pengaruh pasar-pasar kota lain.
  2. Wilayah model membentuk tipe permukiman perkampungan di mana kebanyakan keluarga petani hidup pada tempat-tempat yang terpusat dan bukan tersebar di seluruh wilayah,
  3. Wilayah model memiliki iklim, tanah, topografi yang seragam, atau uniform (produktivitas tanah secara fisik adalah sama),
  4. Wilayah model memiliki fasilitas transportasi tradisional yang relatif seragam,
  5. Faktor-faktor alamiah yang mempengaruhi penggunaan lahan adalah konstan.


Locational rent, sebuah istilah yang digunakan oleh von Thünen dalam argumennya, harus dipahami sebagai setara dengan nilai tanah. Ini sesuai dengan jumlah maksimum seorang petani bisa membayar untuk menggunakan tanah, tanpa membuat kerugian. Hal ini dapat didefinisikan sebagai persamaan di bawah ini:
                LR = Y(m-c) – Ytd
Keterangan :
LR           = Locational Rent ( DM/km2 )
Y              = Yield ( t/km2 )
m            = biaya produksi per unit produk ( DM/t )
c              = harga pasar per unit produk ( DM/t )
t              = biaya transportasi ( DM/t/km )
d             = jarak dari pasar (km)

 Selanjutnya, hubungan antara lokasi sewa tanah dan biaya transport dengan jarak pasar dapat dilihat dari kurva sebagai berikut :


Jarak dari pasar
0
10
20
30
40
Total Transport
0
50
100
150
200
Sewa Lokasi
200
150
100
50
0





               




Selain itu, Von Thunen juga menentukan hubungan sewa lahan dengan jarak ke pasar dengan menggunakan kurva permintaan yaitu :













Permintaan atas suatu komonditas hasil pertanian yang diperlukan dalam populasi yang berdampak pada empat faktor :
1.       Harga suatu komoditas di pasar tergantung hubungan permintaan dan persediaan dari barang tersebut.
2.       Tingkat biaya transport akan tergantung kepada jenis produk (besar, curah atau gampang basi).
3.       Harga dasar produksi setiap produk yang diasumsikan konstan dalam ruang untuk produk tertentu.
4.       Hasil produksi per unit lahan.


Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

A little of Dea

Foto Saya
A girl. love. easy listening music. make friends. simple. student of Urban and Regional Planning. who still on my way to plan my my future and pursuing all my dreams.
 

dream time

<a href=http://lillollipop.blogspot.com>Dea Clocks</a>

denis' mates

add me on Fb

follow me on twitter

write on my wordpress

visit mine

 

Templates by Nano Yulianto | CSS3 by David Walsh | Powered by {N}Code & Blogger